Monday, November 12, 2012

Halmahera Selatan Berkomitmen



       Geliat Pemerintah Daerah dan masyarakat Halmahera Selatan dalam menanggulangi Malaria di daerahnya masih membekas di ingatan kita. Saat itu mereka berkeinginan kuat melepaskan diri dari kejadian luar biasa (KLB) yang menimbulkan korban ribuan kasus dan ratusan kematian pada tahun 2007. KLB tersebut ternyata menyentakkan mereka sehingga terkobar semangatnya untuk bangun agar kejadian serupa tidak menimpa mereka kembali. Malaria Center yang digagas mereka diaktifkan dengan titik berat pada gerakan masyarakat dalam menemukan sendiri masalahnya dan kemudian mereka sendiri pula yang menyelesaikannya. Pendekatan ini dikenal dengan Participatory Learning and Action (PLA). Tatakelola lingkungan yang mereka lakukan berdampak positif dan signifikan dalam menurunkan penularan malaria di daerah tersebut. Banyak daerah yang berkunjung ke sana untuk berguru dengan harapan dapat dikembangkan di daerah masing-masing.

Kejadian malaria di Halmahera Selatan memang menurun, namun belum mencapai titik terendah. Karena harus disadari bersama bahwa malaria tidak bisa diselesaikan tuntas hanya oleh sector kesehatan atau beberapa sektor saja, namun harus ada komitmen semua sektor terkait di daerah tersebut untuk berkontribusi nyata dalam pencapaian tujuan membebaskan Halmahera Selatan dari masalah penularan Malaria. Semangat tersebut harus dikobarkan kembali, rencana strategi yang ada harus direview kembali dan diperbaharui, target pun harus ditetapkan kembali bersama.

Monday, July 30, 2012

APMEN Fellowship Program 2012 Guidelines


Introduction



As the first major effort of its kind, the Asia Pacific Malaria Elimination Network (APMEN) was established in 2009 to bring attention and support to the under-appreciated and little-known work of malaria elimination in Asia Pacific, with a particular focus on Plasmodium vivax (P.vivax).

APMEN is composed of twelve Asia Pacific Country Partners (Bhutan, Cambodia, China, Democratic People’s Republic of Korea, Indonesia, Malaysia, Philippines, Republic of Korea, the Solomon Islands, Sri Lanka, Thailand and Vanuatu) that are pursuing malaria elimination, as well as regional partners from the academic, development, non-governmental and private sectors and global agencies, including the World Health Organization (WHO). The mission of this diverse but cohesive Network is to collaboratively address the unique challenges of malaria elimination in the region through leadership, advocacy, capacity building, knowledge exchange, and building the evidence base.

The APMEN Fellowship Program was launched on World Malaria Day in April 2010. The aim of the Fellowship Program is to equip the next generation of leaders and health workers from low and middle-income malaria-endemic regions with the tools and training to guide malaria elimination in the critical coming decades. The Fellowship Program is also designed to strengthen the exchanges and lesson sharing among Country Partners and Partner Institutions in the region.


Objectives


APMEN Fellowships provide capacity building opportunities for short-term field work, professional development and advanced training in issues and techniques that are important to malaria elimination but not customarily available in the recipient’s home country. The skills and knowledge acquired by the Fellow through the program will benefit the National Malaria Control Program of the Fellow’s home country through the sharing of their learning’s and newfound expertise. Fellowships are also aimed to help promote cooperation and exchange of scientific knowledge relating to malaria elimination between APMEN Country Partners. Fellows are expected to meet a high standard of performance and take independent initiative to engage with the resources available in the site of their Fellowship and with their host mentor.


About the APMEN Fellowships


Up to 5 Fellowships will be awarded each year. Fellows must be from an APMEN Country Partner and endorsed by their National Malaria Control Program. Fellowships must be completed within a 1-3 month period.

The budget for each APMEN Fellowship recipient should not exceed AUD$17,000. The APMEN Secretariat will source and directly cover travel, accommodation and visa costs, including the provision of a daily living allowance, based on WHO rates, for the duration of your APMEN Fellowship. If the proposed Fellowship requires any additional funding for equipment/resources, this must be outlined in the application form. A further $2,000 AUD is available to the host institutions for expenses incurred in relation to the Fellowship. The Fellowship must be completed within one year of receiving the award.

The Fellowship topic must be relevant to the needs of the National Malaria Control Program of the applicant. All Fellow’s are required to have a home mentor and a host mentor for the duration of their Fellowship.

APMEN encourages Fellows to produce a manuscript to be submitted for publication and/or give a scientific poster or presentation at an international meeting.

Wednesday, July 25, 2012

APMEN: Membuka jalan menuju eliminasi malaria di wilayah Asia Pasifik




Pesan kunci;
  • Kemajuan umum dalam pengendalian malaria yang terjadi di wilayah Asia Pasifik, telah didokumentasikan.
  • Resistensi Artemisinin (obat anti malaria) merupakan ancaman terhadap stabilitas dan pertumbuhan ekonomi.
  • APMEN dengan 12 negara anggota bertekad melakukan eliminasi malaria. Forum ini memberikan kesempatan untuk berbagi informasi dalam eliminasi khususnya tentang kisah sukses,  peningkatan kualitas tenaga dalam pengendalian malaria, tantangan masing-masing wilayah terutama menghadapi plasmodium vivax.

Latar Belakang

Malaria merupakan ancaman terhadap stabilitas dan pertumbuhan ekonomi di wilayah Asia Pasifik. Beberapa negara diwilayah ini telah berupaya menekan malaria yang berdampak negatif terhadap pendidikan, pertumbuhan ekonomi dan produktifitas, serta menyebabkan kemiskinan. Sejak tahun 2000 kawasan Asia Pasifik telah membuat upaya yang kuat dalam memperbaiki kesehatan warganya, termasuk menurunkan resiko tertular malaria sebesar 60% di 12 negara APMEN.

Namun demikian , meluasnya resistensi obat malaria mengancam keadaan sosial ekonomi  di kawasan Kamboja, Thailand, Myanmar, Vietnam dan beberapa negara di wilayah ini. Meluasnya resistensi obat diwilayah ini diperkuat  oleh penyebaran obat palsu, mobilitas penduduk, akibat meningkatnya lalu lintas perdagangan.
Malaria terus mengancam setiap tahun meskipun intervensi telah dilakukan secara bertahap disamping juga berkurangnya dukungan dana.

Tuesday, July 24, 2012

Monitoring & Evaluasi Malaria 2012



Monitoring & Evaluasi Malaria tahun ini diselenggarakan di hotel Grand Daffam Merapi Merbabu Jogjakarta, dihadiri oleh 33 Propinsi seluruh wilayah Indonesia. pertemuan berlangsung selama 4 hari dibuka oleh Dirjen PP&PL Prof. dr Tjandra Yoga Aditama SpP(K), MARS, DTM&H, DTCE . ada beberapa point penting yang patut digaris bawahi dalam pertemuan tersebut yaitu :
a) Bagaimana menghadapi tantangan faktor resiko penularan malaria untuk wilayah yang sudah dekat waktunya untuk mencapai target Eliminasi (tahun 2018)?

b) Sosialisasi penggunaan obat ACT kepada Klinik dan dokter swasta

c) Ketersediaan obat malaria ACT di apotik Peran KKP dalam program pengendalian malaria (penemuan kasus malaria)

Sunday, July 8, 2012

BROADENING INVOLVEMENT TEAM TRAINING WORKSHOP (BITTW)


Indonesia, sebagai pendiri dari Jaringan Pelatihan Kolaboratif Asia untuk Malaria (The Asian Collaborative Training Network for Malaria/ACT-Malaria), memiliki kontribusi untuk berbagi informasi, pengetahuan dan keterampilan manajemen pengendalian malaria bagi negara-negara anggota di kawasan Asia tenggara dan negara-negara tetangga. Kegiatan berbagi informasi akan memberikan manfaat bagi negara anggota untuk mengurangi beban malaria di kawasan ini. Indonesia telah ditugaskan untuk menyelenggarakan workshop BITTW. Sebagaimana diketahui, Indonesia telah berhasil melakukan workshop BITTW ke-1 sampai ke-5 pada tahun 2000, 2002, 2004, 2006, dan 2009, dan terakhir ke-6 di Lampung Selatan dan Jakarta pada 17 – 30 Juni 2012. Workshop pada tahun ini dihadiri oleh 15 peserta dari 9 negara yaitu Indonesia (3 orang), Cambodia (2 orang), Vietnam (2 orang), Thailand (2 orang), Lao PDR (1 orang), Timor Leste (1 orang), Malaysia (1 orang), Phillipines (1 orang), Myanmar (2 orang).

Thursday, May 31, 2012

Hari Malaria Sedunia Tahun 2012 Penuh Kesan



Peringatan Hari Malaria Sedunia (HMS) tahun 2012 dengan tema “Bebas Malaria Investasi Bangsa” merupakan HMS ke-5 yang penuh dengan kesan baik suka maupun duka.  Peringatan HMS tahun ini dihadiri oleh Bapak Wakil Presiden dan Putri Raja Belgia (HRH Princess Astrid of Belgium) sebagai Duta Khusus Roll Back Malaria, namun Ibu Menteri Kesehatan tidak dapat hadir karena kondisi kesehatan beliau. Pada peringatan HMS tahun lalu Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih masih sempat hadir dalam keadaan segar bugar walaupun beliau sedang menderita penyakit kanker. 

Thursday, May 3, 2012

Penggalan kata sambutan Menteri Kesehatan RI dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr.PH


" Penggalan kata sambutan Menteri Kesehatan RI dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr.PH (ALM) bertanggal 13 April 2011, yang ditulisnya menyambut penerbitan buku " Berdamai dengan Kanker

" Saya sendiri belum bisa disebut sebagai survivor kanker. Diagnose kanker paru stadium 4 baru ditegakkan 5 bulan yang lalu. Dan sampai kata sambutan ini saya tulis, saya masih berjuang untuk mengatasinya. Tetapi saya tidak bertanya "Why me ??". Saya menganggap ini adalah salah satu anugerah dari Allah SWT. Sudah begitu banyak anugerah yang saya terima dalam hidup ini : hidup di negara yang indah, tidak dalam peperangan, diberi keluarga besar yang pandai-pandai, dengan sosial ekonomi lumayan, dianugerahi suami yang sangat sabar dan baik hati, dengan 2 putera dan 1 puteri yang alhamdulillah sehat, cerdas dan berbakti kepada orang tua. Hidup saya penuh dengan kebahagiaan. " So .... Why not? " Mengapa tidak, Tuhan menganugerahi saya kenker paru ? Tuhan pasti mempunyai rencanaNya, yang belum saya ketahui, tetapi saya merasa SIAP untuk menjalankannya. Insya Allah. Setidaknya saya menjalani sendiri penderitaan yang dialami pasien kanker, sehingga bisa memperjuangkan program pengendalian kanker dengan lebih baik.

Monday, January 9, 2012

MONEV MALARIA DI BALI

Walau masih dalam suasana tahun baru 2012 para pekerja malaria khususnya dari Kalimantan dan Sulawesi ( 10 propinsi) sudah siap untuk melaksanakan program2 pengendalian Malaria menuju ELIMINASI dengan membuat perencanaan kegiatan Intensifikasi Pengendalian.
Menariknya pertemuan ini dihadiri oleh 5 mantan Kepala Sub Direktorat Malaria seperti gambar dibawah ini


dr.PR.Arbani, dr.Ferdinand Laihad, dr.Rita Kusriastuti, dr Desak Made Wismarini, dr. Siti Nadia Wiweko