
Saya lihat hari ini kamu mengadakan pertemuan “monev” di Bandung. Dari seluruh Provinsi datang, dan kalian begitu tekun. Tadi sampai hampir jam 18 kamu masih membahas saya. Keseriusan kamu membuat saya was was. Andaikan kamu bergerak dari dulu secara konsisten, mungkin saya sudah tidak ada disini karena sudah tereliminasi. Tapi jangan cepat-cepat tertawa. Tidak semudah itu mengalahkan aku.
Pernah dengar ungkapan “ada seribu jalan menuju Roma?” Jangan cepat berpikir bahwa ada seribu jalan untuk mengalahkan aku. Pikirkan kotanya, kota Roma yang megah pada jamannya, dan orang-orang Roma yang begitu berkuasa saat itu. Orang Roma sudah tahu siapa aku. Walau belum punya senjata untuk membunuhku, karena aku masih tidak kasat mata saat itu, tapi ia tahu cara membuat pesawatku tidak bisa landing dan isi BBM, walau kalah juga akhirnya sama aku.

Orang Roma mengerti tentang kesehatan dan “men sana in corpore sano” adalah jalan hidup mereka. Mereka mengerti fitness, makanan bergizi dan kesehatan lingkungan. Mereka tahu bahwa semua penyakit punya riwayat alami, bahwa air tergenang menimbulkan penyakit. Kalau sudah bicara tentang kesehatan masyarakat maka kaya dan miskin bahu-membahu karena kesehatan adalah untuk semua, tanpa melihat status. Rumah-rumah mereka jauhkan dari rawa-rawa. Mereka tahu rawa-rawa menghasilkan udara tidak baik, dan tempat berbiak serangga-serangga penular penyakit. Dari situlah lahir nama penyakit yang aku bawa “mal dan aria”. Apalagi markas tentara, dimana saat itu peran tentara amat besar, harus benar-benar jauh dari rawa, tersedia air bersih dan sarana MCK. Apabila harus bergerak maka para komandan diingatkan untuk tidak membuat kemah di dekat rawa. Tentara harus selalu bergerak dan tidak boleh tinggal terlalu lama di dekat rawa.

Oh ya, tadi saya mendengar Pak Firmansyah dari Kabupaten Halmahera Selatan, Provinsi Maluku Utara berceritera tentang PLA Malaria dan Malaria Center di daerahnya. Ada gambar-gambar bagus tentang masyarakat dan pemerintah bahu-membahu membuat drainage dan menimbun tempat-tempat air tergenang. saya curi satu tadi, saya tempel disini. Malah ada tempat genangan air disulap jadi lapangan volley. Hebat sekali, saya ingat ceritera kakek moyangku tentang orang-orang Roma. Sementara sebelumnya Pak Zulfan Bachri dari Kota Sabang, provinsi Aceh berceritera rinci bagaimana dia melakukan PE plus pemanfaatan GIS sehingga API yang pada tahun 2004 sebesar 87,8 maka pada tahun 2011 turun menjadi 0,08. Demikian pula Ibu Handini Setijowati dari Jawa Tengah ceritera mengenai surveilans migrasi, walau baru pilot project di Kabupaten Kebumen dan Purbalingga. Mudah-mudahan saja mereka cepat puas dengan yang telah dicapai, atau cepat bosan dengan tugas-tugas mereka. Selamatlah saya.
Tadi itu berita baik untuk kamu, “success story” dari kamu. Sekarang saya mau ceritera kisah sukses saya, supaya kamu tidak besar kepala. Aku ikut andil juga lho, dalam kisah jatuhnya kekaisaran Roma, sehingga dikuasai orang-orang barbar, setelah 500 tahun berkuasa dengan tanah jajahan yang amat luas. Bayangkan mulai dari Skotlandia di belahan bumi bagian utara sampai ke padang pasir Afrika di belahan selatan bumi. Mungkin terlalu luas ya, dan aku ingatkan negaramu juga amat luas.
Andrew Thompson, dari BBC, 2011, menulis bahwa tahun lalu seorang scientist dari Inggris menemukan DNA malaria dari situs di Roma yang diperkirakan berasal dari tahun 450M setelah melakukan penelitian selama 10 tahun. Memang ada kisah-kisah KLB yang menyerupai malaria di Roma. Columella, penulis masalah pertanian dan peternakan di Roma abad ke 1 Masehi menceriterakan bagaimana menderitanya para petani yang sakit waktu itu, sampai produksi berhenti dan suplai ke masyarakat tentusaja termasuk suplai ke tentara berhenti pula. Petani pada mengungsi minta pertolongan ke kota. KLB berlangsung 15 tahun dan merenggut nyawa kaisar Roma, Marcus Aurellius.
Tentara Roma kala itu banyak yang berasal dari pelosok yang mungkin kurang sehat. Orang sakit yang mengungsi ke kota, merupakan migran yang bisa membawa penyakit. Saat itu kan belum ada surveilans migrasi. Mungkin banyak rakyat hidup di perifer yang jauh dari upaya-upaya kesehatan masyarakat, mengingat wilayah Roma sangat luas. Untung kamu punya orang seperti Pak Arbani yang tadi mengingatkan, dimana jalan berakhir disitu malaria tumbuh. Mudah-mudahan kamu tadi tidak mendengarkan.
Memang bukan aku satu-satunya penyebab kejatuhan kekaisaran Roma. Politik saat itu memang amat tidak stabil. Imbasnya kemana-mana. Kesehatan masyarakat yang tadinya baik menjadi terlupakan. Pertanian mundur, suplai makanan terputus, plus peranku yang mematikan dan melemahkan manusia. Para ahli sejarah berpendapat bahwa kejatuhan Roma karena kombinasi berbagai faktor.
Jadi petiklah pelajaran dari “The fall of the Roman Empire”. Ingatlah penyebabnya bukan faktor tunggal. Jadi kamu harus betul-betul menggalang kerjasama, dengan siapa? Kamu mestinya lebih tahu asal mau tahu. Oh ya bagaimana pembukaan kemarin? Kebetulan saya dinas luar dan baru sempat mengintip acara monev setelah jam 10 pagi. (IwMM).
wah bagus sekali pa artikelnya
ReplyDelete